Preloader logo

MISTERI “BUKU MISTERI” KANG JALAL (Bagian ke-8)

 Masih (4 x) di Tabir (3) “Misteri 1”

Pada edisi sebelumnya telah disampaikan bahwa al-Hakim dinilai tasyayyu’, bukan raafidhiy, oleh para ulama seperti al-Khatib al-Baghdadi yang diikuti oleh adz-Dzahabi dan as-Subki, kecuali Abu Ismail al-Anshari, yang sengaja dipilih oleh kang Jalal untuk ditampilkan pada disertasi doktor dan bukunya “Misteri”.

Sebenarnya, penilaian negatif terhadap al-Hakim ditunjukkan pula oleh Ibnu Thahir sebagai murid Abu Ismail, namun entah kenapa penilaian Ibnu Thahir ini tidak dipilih oleh kang Jalal. Ibnu Thahir berkata:

كَانَ شَدِيْدَ التَّعَصُّبِ لِلْشِّيْعَةِ فِي البَاطِنِ وَكَانَ يُظْهِرُ التَّسَنُّنَ فِي التَّقَدِيْمِ وَالخِلاَفَةِ وَكَانَ مُنْحَرِفاً غَالياً عَنْ مُعَاوِيَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، يَتَظَاهَرُ بِذَلِكَ وَلاَ يَعْتَذِرُ مِنْهُ

“Dia (Al-Hakim) sangat fanatik kepada Syi’ah dalam batinnya dan dia menampakkan tasannun (ke-sunni-an) dalam hal taqdim (pendahuluan shahabat paling utama) dan khilafah. Dia adalah orang yang amat berpaling (menjauh) dari Mu’awiyyah dan keluarganya. Ia memperlihatkan hal itu dan tidak mengemukakan alasannya..” [1]

Pernyataan Ibnu Thahir, dikutip pula oleh Imam adz-Dzahabi[2], Shalahuddin ash-Shafadi[3], dan Tajuddin as-Subki.[4]

Penilaian Abu Ismail al-Anshari dan Ibnu Thahir terhadap al-Hakim sebenarnya telah dibantah oleh para ulama. Namun, bantahan ini pun tidak ditampilkan oleh kang Jalal, untuk tidak menyebut sengaja disembunyikan.

18Bantahan terhadap Abu Ismail, antara lain disampaikan oleh Imam adz-Dzahabi. Ia berkata:

قُلْتُ:كَلاَّ لَيْسَ هُوَ رَافِضِيّاً، بَلَى يَتَشَيَّعُ

Saya katakan, Sama sekali tidak, dia (Al-Hakim) bukanlah seorang raafidhiy, tetapi dia hanya bertasyayyu’.”[5]

Dalam kitabnya yang lain, ia berkata:

قُلْتُ: اللهُ يُحِبُّ الإِنْصَافَ مَا الرَّجُلُ بِرَافِضِيٍّ بَلْ شِيْعِيٌّ فَقَطْ.

Saya katakan, ‘Allah menyukai bersikap adil. Laki-laki ini (Al-Hakim) bukanlah seorang raafidhiy, tetapi hanya sebatas Syi’iy’.” [6]

Selain adz-Dzahabi, bantahan terhadap Abu Ismail sekaligus muridnya, Ibnu Thahir, disampaikan pula oleh Tajuddin as-Subki. Ia berkata :

وَأَمَّا قَوْلُ مَنْ قَالَ: إِنَّهُ رَافِضِيٌّ خَبِيْثٌ وَمَنْ قَالَ : إِنَّهُ شَدِيْدُ التَّعَصُّبِ لِلْشِّيْعَةِ. فَلاَ يُعْبَأُ بِهِمَا كَمَا عَرَّفْنَاكَ هذَا مَا ظَهَرَ لِيْ والله أعلم

“Adapun perkataan orang yang berkata: ‘Bahwa dia (Al-Hakim) raafidhiy khabits.’ dan orang yang mengatakan: ‘Bahwa dia (Al-Hakim) sangat fanatik kepada Syi’ah.’ Maka perkataan keduanya tidak perlu dipedulikan sebagaimana telah kami beritahukan kepada Anda. Ini perkara yang tampak jelas bagi saya. Wallaahu A’lam.”[7]

Begitu pula Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H/1372-1449 M), dalam nada yang sama dengan adz-Dzahabi, berkata:

قُلْتُ: اللهُ يُحِبُّ الإِنْصَافَ مَا الرَّجُلُ بِرَافِضِيٍّ بَلْ شِيْعِيٌّ فَقَطْ

Saya katakan, ‘Allah menyukai bersikap adil. Laki-laki ini (Al-Hakim) bukanlah seorang raafidhiy, tetapi hanya sebatas Syi’iy.” [8]

Saya ingin mengingatkan kembali pembaca, kalau-kalau lupa, perbedaan tasyayyu’ dan raafidhiy.

الشِّيْعِيُّ إِذَا قِيْلَ: فِيْهِ تَشَيُّعٌ أَوْ شِيْعِيٌّ فِي عَصْرِ السَّلَفِ هُوَ الَّذِيْ يُقَدِّمُ عَلِيًّا عَلَى عُثْمَانَ فِي الْخِلاَفَةِ أَوْ يُقَدِّمُ عَلِيًّا عَلَى أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ فِي الْفَضْلِ دُوْنَ طَعْنٍ فِي أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رضي الله عنهم

Asy-Syi’iy apabila dikatakan: ‘Padanya tasyayyu’ atau syi’iy, pada masa salaf, yaitu orang yang mendahulukan kekhalifahan Ali daripada Usman, atau mendahulukan Ali daripada Abu Bakar dan Umar dalam hal keutamaan. Namun tanpa disertai pencelaan pada salah seorang pun di antara sahabat, semoga Allah meridhai mereka. Adapun asy-Raafidhiy adalah orang yang mencela Abu Bakar dan Umar. [9]

Merujuk pada bantahan para ulama di atas, berarti penilaian raafidhiy atau sangat fanatisme syiah terhadap al-Hakim, dari Abu Ismail dan Ibnu Thahir, menjadi tertolak. Selain tidak tepat, bahkan dipandang berlebihan, penilaian keduanya bertolakbelakang dengan fakta—entah  tidak terbaca oleh kang Jalal karena belum khatam atau memang sengaja “digunting” —sebagai berikut:

17Pada hakikatnya al-Hakim amat menentang akidah Rafidhah. Hal itu terbukti dalam kitabnya berjudul al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain. Dalam kitab itu, tampak jelas terlihat bahwa beliau amat memuliakan Abu Bakar, Umar, dan Usman dengan tidak menempatkan Ali di atas ketiganya. Penempatan itu dapat kita baca pada topik Manaaqib ash-Shahabah dengan judul dan sistematika sebagai berikut:

 

Urutan Pertama: Abu Bakar

أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي قُحَافَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

فَمِنْ فَضَائِلِ خَلِيفَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي قُحَافَةَ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مِمَّا لَمْ يُخَرِّجَاهُ

“Abu Bakar bin Abi Quhafah radhiyallaahu ‘anhumaa. Di antara Keutamaan-keutamaan Khalifah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakr bin Abi Quhafah Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhumaa yang tidak diriwayatkan keduanya (al-Bukhari dan Muslim).”

Pada judul ini dicantumkan sebanyak 73 hadis berkaitan dengan Abu Bakar. [10]

 

Urutan Kedua: Umar

وَمِنْ مَنَاقِبِ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

“Di antara Manaqib Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu.”

Pada judul ini dicantumkan sebanyak 51 hadis berkaitan dengan Umar. [11]

 

Urutan Ketiga: Usman

فَضَائِلُ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ ذِي النُّورَيْنِ عُثْمَانِ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ

 “Keutamaan-keutamaan Amirul Mukminin Dzun Nurain Usman bin Affan radhiyallaahu Ta’aalaa ‘anhu.”

Pada judul ini dicantumkan sebanyak 44 hadis berkaitan dengan Usman. [12]

 

Urutan Keempat: Ali

وَمِنِ مَنَاقِبِ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِمَّا لَمْ يُخَرِّجَاهُ

“Di antara Manaqib Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib radhiyallaahu ‘anhu yang tidak diriwayatkan keduanya (al-Bukhari dan Muslim).”

Pada judul ini dicantumkan sebanyak 132 hadis berkaitan dengan Ali. [13]

Selain dilihat dari sistematika urutan, bukti al-Hakim terbebas dari akidah rafidhah, dapat dilihat pula dari penyebutan al-Hakim terhadap para khalifah Nabi saw. tersebut. Al-Hakim menyebut Abu Bakar sebagai Khalifah Rasulullah saw. Selanjutnya, menyebut Umar serta Usman dengan Amirul Mukminin. Penyebutan secara jelas itu menunjukkan bahwa al-Hakim mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Usman. Sikap al-Hakim demikian itu teramat jelas bertolak belakang dengan  akidah Rafidhah.

Bukti lain bahwa al-Hakim bukan Syi’ah Rafidhah adalah perkataannya yang mencela rawi penganut Rafidhah. Hal itu dapat kita baca saat beliau menjarh (mencela) rawi Ibnu Abi Daarim (Abu Bakar Ahmad bin Muhammad) dengan redaksi berikut :

هُوَ رَافِضِيٌّ غَيْرُ ثِقَةٍ

“Dia seorang raafidhiy, tidak tsiqah.” [14]

Baca pula celaannya terhadap rawi penganut Syiah rafidhah yang lain, seperti Talid bin Sulaiman Al-Muharibiy dan Ziyad bin Al-Mundzir.

Berbagai fakta di atas dirasa cukup untuk “menganulir” tuduhan rafidhah terhadap al-Hakim. Sekali lagi, sangat disayangkan, berbagai fakta yang terang benderang ini luput dari perhatian kang Jalal, untuk tidak mengatakan: “sengaja tidak diperhatikan”. Kang Jalal malah memilih penilaian Abu Ismali—yang ganjil (Syadz)—versi laporan al-Shafadi. Apakah memilih pendapat ganjil ini suatu kebetulan? Semoga saja keganjilan Abu Ismail itu bukan karena “wabah keganjilan” kang Jalal. 🙂

 

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta

 

Lampiran Teks Asli Bantahan Imam adz-Dzahabi

 16

Bukti Scan Kitab Siyar A’lam an-Nubala, Juz 17, hlm. 174, terbitan Muassasah ar-Risalah, Cet. I 1403 H/1983, dengan pentahqiq Syekh DR. Syu’aib al-Arnauth, dkk.

 15

Bukti Scan Kitab Mizan Al-I’tidal fii Naqd ar-Rijal, Juz 6, hlm. 216, Terbitan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet. I 1416 H/1995 M, dengan pentahqiq Syekh Ali Muhammad Mu’awwad, dkk

 

Lampiran Teks Asli Bantahan Imam Tajuddin as-Subki

 14

Bukti Scan Kitab Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra, Juz 4, hlm. 168, terbitan Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, dengan pentahqiq Mahmud Muhammad ath-Thanahi

 

Lampiran Teks Asli laporan (Ibnu Thahir) Abu al-Fadhl Muhammad bin Thahir al-Maqdisi (W. 507 H/1113 M)

 13

Bukti Scan Kitab al-Mantsur min al-Hikayat wa as-Su’alat, Karya Abu al-Fadhl Muhammad bin Thahir al-Maqdisi,  hlm. 24, No. 6, terbitan Maktabah Dar al-Minhaj, Cet. 1 1430 H, dengan pentahqiq DR. Jamal ‘Azzun.

 

 

Lampiran “kutipan” Kang Jalal (1)

12

Bukti scan Disertasi doktor Kang Jalal: Asal Usul Sunnah ShahabatStudi Historiografis atas Tarikh Tasyri, hlm. v;

 

Lampiran “kutipan” Kang Jalal (2)

11

Bukti scan Buku kang Jalal: Misteri Wasiat Nabi, hlm. 5. 

 

[1]Lihat, al-Mantsur min al-Hikayat wa as-Su’alat, hlm. 25

[2]Dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala, Juz 17, hlm. 174-175; Tarikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa al-A’lam, Juz 28, hlm. 132; Tadzkirrah al-Huffazh, Juz 3, hl. 1045.

[3] Lihat, al-Waafiy bil Wafayaat, Juz 3, hlm. 259-260

[4] Lihat, Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra, Juz 4, hlm. 162

[5]Dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala, Juz 17, hlm. 174, terbitan Muassasah ar-Risalah, Cet. I 1403 H/1983, dengan pentahqiq Syekh DR. Syu’aib al-Arnauth, dkk.

[6]Lihat, Mizan Al-I’tidal fii Naqd ar-Rijal, Juz 6, hlm. 216, Terbitan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet. I 1416 H/1995 M, dengan pentahqiq Syekh Ali Muhammad Mu’awwad, dkk.

[7] Lihat, Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra, Juz 4, hlm. 168, terbitan Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, dengan pentahqiq Mahmud Muhammad ath-Thanahi.

[8]Lihat, Lisan al-Mizan, Juz 7, hlm. 256

[9]Lihat, Syarh al-Muqidhah fii ‘Ilm Mushthalah al-Hadits, hlm. 200

[10]Lihat, al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain, Juz 3, hlm. 68-90, No. hadis 4464-4537, terbitan Dar al-Haramain, Cet. I 1417 H/1997 M, dengan pentahqiq Syekh Muqbil bin Hadi al-Wadi’iy.

[11]Ibid., Juz 3, hlm. 91-108, No. hadis 4538-4589.

[12]Ibid., Juz 3, hlm. 108-123, No. hadis 4590-4634.

[13]Ibid., Juz 3, hlm. 123-166, No. hadis 4635-4767.

[14]Lihat, Siyar A’lam an-Nubala, Juz 17, hlm. 578.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}