Preloader logo

MENGHABISKAN WAKTU

 

Di dunia ini, ada dua jenis sekolahan. Yang pertama itu sekolah formal dan yang kedua itu sekolah kehidupan namanya. Bedanya, di sekolah formal, engga semua orang punya kesempatan buat belajar di sana. Tapi di sekolah kehidupan, semua orang punya kesempatan buat belajar. Di sekolah formal, ada batas waktu studi-nya; 6 taun buat sekolah dasar, 3 taun buat sekolah menengah, dan sebagainya. Di sekolah kehidupan, engga ada batas waktu studi-nya; berlangsung sepanjang hidup. Long life learning kalo bahasa kerennya.

Bedanya lagi, di sekolah formal, pelajaran hanya didapat dari guru, tempat belajarnya cuma di ruang-ruang kelas, mata pelajarannya matematika, fisika, kimia, dan sebagainya. Sementara di sekolah kehidupan, pelajaran bisa didapat dari (si)apa saja; dari seorang anak kecil, orang asing yang baru kita kenal, daun yang jatuh, duri di tengah jalan, dan sebagainya. Tempat belajarnya bisa di pasar, di jalan raya, di kendaraan umum, dan di tempat lain yang engga pernah kita duga. Mata pelajarannya bisa berupa kesabaran, ketekunan, tanggung jawab, bahkan hingga rasa sakit ataupun kegagalan. Juga  bentuk-bentuk pelajaran yang lainnya.

Nah, berkaitan sama sekolah kehidupan, ada satu mata pelajaran yang sering banget luput dari perhatian kita. Sering banget kita lalai terhadapnya, dan akhirnya membuat kita celaka dan jadi orang yang merugi. Yaitu; waktu.

Kita semua tau, kalo kehidupan dunia ini ada batas waktunya. Ada masa berakhirnya. Maka sejak awal kita sadar kalo kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sebelum masa akhir tiba.

Saking pentingnya waktu, Qur’an sejak jauh-jauh hari udah mengingatkan bahkan dengan isyarat (bahasa) yang tegas, yaitu dengan mengucapkan sumpah (demi), agar kita cerdas dalam mengelola waktu.

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian”

Ayat di atas, bukan cuma  sekedar pemberitahuan, tapi lebih kepada peringatan bahkan ancaman. Ancaman kalo kita engga bisa mengelola waktu, maka kita akan masuk orang yang merugi.

Dalam hitungan waktu yang sama; 24 jam sehari, ada orang bisa menyelesaikan urusannya sendiri dan urusan banyak orang, ada yang bisa menyelesaikan urusannya sendiri dan urusan orang-orang terdekatnya, ada yang hanya  bisa menyelesaikan urusannya sendiri. Dan ternyata ada yang lebih menyedihkan lagi, yaitu dalam 24 jam itu ada orang yang bahkan tidak mampu menyelesaikan urusannya sendiri. Nah kita, masuk golongan yang mana?

Di tengah aktivitas yang makin padat, di tengah tanggung jawab yang makin banyak, mari kita berikan (sedikit saja) ruang di hati dan pikiran kita, untuk merenung. Semacam muhasabah diri, terhadap apa-apa yang udah kita lewati.

Tentang tujuan hidup kita, tentang idealisme kita, tentang cita-cita kita. Apakah setiap aktivitas yang kita lakukan udah mengundang ridho Allah? atau justru malah mengundang murka Allah?

Gimana tentang janji kita di surat Al-An’am ayat 162 ? bahwa shalat kita, ibadah kita, hidup dan mati kita hanya untuk Allah. Apa iya, udah sepenuhnya untuk Allah?

Gimana juga tanggung jawab kita soal waktu? Sampai umur kita hari ini, lebih banyak dimana kita menghabiskan waktu? Di jalanan, di sekolahan, di mesjid, atau di tempat tongkrongan? Lebih banyak dihabiskan untuk apa? Apakah dalam rangka keta’atan atau kemaksiatan?

Mari renungkanlah itu semua…

Hari ini, di tengah semakin terbatasnya waktu, tenaga, pikiran, mungkin juga perasaan. Mudah-mudahan kita semakin bijak dalam mengelola waktu, agar tidak termasuk ke dalam golongan orang yang merugi, golongan orang yang celaka.

Hidup bukan tentang bagaimana kita mencintai Allah. tapi bagaimana Allah mencintai cara kita untuk hidup. Mudah-mudahan Allah meridhoi setiap aktivitas kehidupan dan waktu-waktu yang telah kita lewati. Aaamiin…

“ Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran” Q.S. Al-Asr : 1-3

 

By Azmi Fathul Umam

Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta

 

Ternyata, di Qur’an itu semacam ada rumus kaya gini ”Apabila Qur’an menerangkan seseorang, langsung disebut nama, berarti kasus itu berhenti pada saat itu; hanya berlaku saat orang itu hidup. Tapi kalau yang disebut gelar atau julukan, menunjukkan bahwa kasus serupa, akan terus berulang”. Baca selengkapnya visi demikian itu dalam surat al-Lahab di http://www.sigabah.com/beta/keunikan-gaya-bahasa-al-quran/

There is 1 comment
  1. Isa

    Tempat berada tidak selalu menentukan aktivitas kita. Contoh, walaupun banyak di luar mesjid bukan berarti selama itu lupa tidak mengingat Allah. Wallahualam.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}