Preloader logo

MENGGUGAT KEADILAN MUSLIM

Hampir setiap waktu, media sosial diramaikan oleh perbincangan seputar Kang Said Aqil Siraj. Tampaknya bukan Kang Said kalau pernyataannya sepi dari kontroversi. Kang Said memang termasuk seorang sosok yang kontroversial, bukan saja di kalangan NU. Dimulai dari pernyataannya sewaktu menceritakan Sayyidina Usman “didemo” oleh kelompok-kelompok yang kontra, bahwa kata kang Said, Sayyidina Usman waktu itu sudah pikun; juga “kedekatan” Kang Said dengan Syiah; pernyataannya bahwa yang tidak merayakan Asyura adalah orang tidak mengerti, “situs Islam radikal lebih merusak iman ketimbang situs porno,” “orang yang berjenggot mengurangi kecerdasan,” dan masih banyak pernyataan nyentrik menjurus nyeleneh lainnya, hingga salah seorang komentator di salah satu media social menyebut Kang Said kaya anjing, gonggong sana, gonggong sini.

Kali ini komentar kontroversial Kang Said seputar kepemimpinan jelang pelaksanaan Pilkada serentak 2017. “Siapa saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang adil meski itu non-Muslim tapi jujur, itu lebih baik daripada pemimpin Muslim tapi zalim. Di mana saja dan siapa saja,” kata Kang Said di kantor PBNU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (16/4/2016), sebagaimana dirilis detik.com

Pernyataan Kang Said soal kepemimpinan ini mengulang apa yang pernah disampaikankanya di tahun 2012 lalu. Ketika itu Kang Said menyatakan bahwa umat Islam diperbolehkan memilih pemimpin kafir.

Adil & Jujur Menurut Siapa, Kang?

Adil menurut ukuran orang Indonesia berarti (1) sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak; misalnya, keputusan hakim itu adil; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya; tidak sewenang-wenang, misalnya para buruh mengemukakan tuntutan yang adil. Sementara jujur dimaknai orang Indonesia dengan (1) lurus hati; tidak berbohong, misalnya dengan berkata apa adanya; (2) tidak curang misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku; (3) tulus; ikhlas. Adapun zalim, dimaknai dengan bengis; tidak menaruh belas kasihan; tidak adil; kejam. (Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Dengan ukuran ini, mari kita selisik pernyataan Kang Said: “pemimpin yang adil meski itu non-Muslim tapi jujur.” Jika adil diukur dengan “berpegang pada kebenaran”, kebenaran mana yang jadi acuan Kang Said? Karena kebenaran menurut Islam bersumber dari Allah Swt. (QS Al-Baqarah: 147; Yunus: 35), sementara Allah Swt.  telah menetapkan seorang pemimpin itu untuk adil pada dirinya dan adil dalam menjalankan amanah kepemimpinan (QS. An-Nisa’: 58). Adil pada diri sendiri menghendaki agar pemimpin itu bertakwa, sehingga ia akan dekat dengan Allah, terhindar dari perbuatan dosa, memiliki sifat wara’ yang tidak terobsesi mengejar kepentingan dunia, dan dapat dipercaya dalam memegang amanah kepemimpinan. Sementara adil dalam kepemimpinan itu menghendaki adil dalam aspek sosial (keadilan sosial) dan adil dalam menerapkan hukum (QS An Nisa’ 58; Al-Maidah: 8 & 95; An-Nahl: 90; Al-An’ am: 152; Al-Hujurat: 9)

Jika jujur diukur dengan “ikhlas”, maka kejujuran itu menghendaki agar pemimpin itu penganut ajaran monoteisme (mempercayai adanya satu Tuhan; kepercayaan kepada satu Tuhan), sehingga dalam beramal  ia meniatkan amalannya hanya untuk Allah; Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal; Mengharap balasan dari amalannya di akhirat (QS. Al-Kahfi:110; QS. Al Bayyinah: 5) Sementara orang kafir mempercayai adanya tuhan lain selain Allah (QS. An-Nisaa’: 51; QS. Al-Maidah: 17; At Taubah : 30-31). Jadi, tidak mungkin pemimpin kafir dapat berlaku jujur.

Dari situ dapat kita pahami ketika Allah tidak melegitimasikan pemimpin kafir, karena ia dipastikan tidak adil secara atribut, yaitu tidak berlaku adil terhadap dirinya (bertakwa) dan tidak akan ikhlas. Sementara secara tindakan, ia bisa saja berlaku adil terhadap satu perkara namun bisa juga tidak adil dalam perkara lain. Delegitimasi pemimpin kafir itu dapat dibaca pada QS. Ali Imran: 28; Ali Imran: 118, Al-Mujadalah: 22, Al-Maidah:51, An-Nisa:144, Al-Mumthanah:1, Al-Anfal 73 dan At-Taubah:71.

Adapun pemimpin muslim dapat dipastikan adil secara atribut dan tindakan ketika istiqamah (teguh pendirian dan selalu konsekuen) dalam keislamannya. Jika tidak adil, Kang Said dan orang kafir tidak perlu gusar, sebab Islam “menjamin” bahwa ia akan mendapat azab Allah yang pedih (HR. At-Thabrani). Bahkan, Allah Swt. tidak mengizinkan pemimpin khianat untuk memasuki surga-Nya (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, untuk pemimpin muslim semacam ini, Nabi telah memberi garansi dengan doa beliau:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا ، فَشَقَّ عَلَيْهِمْ ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا ، فَرَفَقَ بِهِمْ ، فَارْفُقْ بِهِ

Ya Allah, siapa yang memimpin suatu urusan dari urusan umatku, lalu dia mempersulit  urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang memimpin suatu urusan dari urusan umatku, lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” HR. Muslim, Shahih Muslim, III:1458, No. 1828; Ahmad, Musnad Ahmad, VI:93, No. 24.666.

Dalam redaksi lain, Nabi saw. bersabda:

مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا ، فَرَفَقَ بِهِمْ فَرَفَقَ اللَّهُ بِهِ ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْهُمْ شَيْئًا ، فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَعَلَيْهِ بَهْلَةُ اللهِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَمَا بَهْلَةُ اللهِ ؟ قَالَ : لَعْنَةُ اللهِ

Siapa yang memimpin suatu urusan dari urusan umatku, lalu dia berusaha menolong mereka, maka Allah menolongnya, dan siapa yang memimpin suatu urusan dari urusan mereka, lalu dia mempersulit  urusan mereka, maka semoga bahlatullah atasnya. Para sahabat  bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa bahlatullah itu?’ Beliau menjawab, ‘La’nat Allah’.” HR. Abu ‘Awanah

Kang Said tentu lebih paham terhadap dalil-dalil di atas. Tapi kita akan mendapat jawaban berbeda jika ditanyakan kepadanya, antara dulu dan sekarang. Dulu Kang Said tampaknya idealis, namun sekarang bisa jadi ia lebih pragmatis. Semoga saja Kang Said tidak sedang menjadi korban ancaman besar, yang dulu sempat ia kawatirkan mengancam umat Islam di negeri tercinta ini. Wallaahu A’lam.

By Amin Muchtar, Sigabah.com/beta

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}