Preloader logo

MENGAPA BUKU TAUHID HASAN ???

Tapi tiba-tiba . . .

Gemuruh semakin terdengar keras. Rengkah perut bumi mengirim guncang. Menggedor dinding rumah hingga terdengar suara hantaman yang mendentum hebat.

“Allaahu Akbar!! Allaahu Akbar!!!” Pekik takbir Hasan memenuhi ruangan rumah. Ia segera membangunkan Ayahnya. Tapi tak jua berhasil. Ayahnya malah mengigau tak keruan. Hasan mulai panik dan hendak berlari keluar rumah. Tapi Ia tak mungkin meninggalkan Ayahnya. Hasan semakin bingung. Ia benar-benar tak bisa segera memutuskan. Dan akhirnya gemuruh itu berubah menjadi ledakan hebat. Duaarr!!

“Laa..ilaaha..ilallaah..muhammadar..rosuul..lullaah..” Hasan meninggal dunia memeluk Ayahnya di atas kasur.

**

Bencana longsor itu telah mengakhiri perjalanan hidup seorang anak yang menyimpan harap terhadap orang tuanya. Seorang anak saleh yang sejatinya masih sangat polos untuk berbicara tentang dakwah. Tapi cinta anak terhadap orang tuanya telah mengubah segalanya. Ya, karena alasan itulah Hasan mengenal dakwah dengan segala kepolosannya.

“Hmm… Tapi bagiku kamu lebih dari sekedar seorang mujahid dakwah, muridku.” Tangis Ustadz pecah memeluk jasad Hasan yang berlumur lumpur.

Saat memeluk Jasad Hasan di pangkuannya, Ustadz membuka tas yang masih tergendong di punggung Hasan. Ia menemukan buku putih berlatar lukisan sebuah keluarga yang berdiri di depan masjid, dan buku itu berjudul “Buku Tauhid Hasan”.

Seketika Ustadz membuka buku tersebut. Matanya terbelalak saat membuka halaman pertama. Ia kira buku itu adalah buku pelajaran Tauhid yang selama ini diajarkannya, tapi ternyata pembuka halamannya berisi kalimat, “Buku ini akan jadi saksi kalo Hasan ga mau kehilangan Allah dalam hidup Hasan” Tangis Ustadz mengeras. Tubuhnya terguncangguncang. Ia tak kuasa menahan rasa.

“Allaahu Akbar!” Takbir Ustadz menandai perasaannya yang teramat sulit untuk dijelaskan. Tidak lama kemudian, Ia segera pergi menuju Rumah Sakit untuk mengabarkan berita duka ini kepada Sumi.

**

Setibanya di ruangan, Ustadz melihat Sumi telah sadarkan diri. Ia berusaha menyusun kalimat, khawatir perempuan di hadapannya tak kuasa menahan emosi. Akhirnya Ustadz memilih untuk memberikan buku Hasan dan membukakan salah satu lembar untuk dibaca.

Mah, malam ini Hasan takut. Takut sekali. Takut kalo Hasan ga bisa ketemu lagi sama orang yang udah melahirkan Hasan. Hasan takut ga bisa barengbareng lagi pergi ke mesjid, kaya waktu dulu mamah ngajak Hasan main di Mesjid Agung. Hasan ga mau kita pisah. Hasan takut sendirian. Mamah mau janji kan kalo mamah akan tetap ada bersama Hasan? Mah, sebenarnya Hasan juga takut kalo Hasan gagal mengajak mamah satu rumah lagi sama Hasan di surga nanti. Mamah mau kan nanti kita satu rumah lagi di surga? Mamah mau kan? Mamah harus mau. Karena sampai kapan pun Hasan mau kita tetap bersama-sama melihat Allah di surga nanti. Mah, Hasan ngantuk. Tapi sebelum tidur, Hasan cuma mau bilang kalo Hasan sayang sama mamah.  –Ditulis  di Rumah Sakit Al-Ishlah, 5 Maret 2014. Jam 2 shubuh

“Bu Sumi, Hasan baru saja meninggal dunia” Bisik Ustadz pelan. Suasana mendadak hening. Sumi menangis tanpa suara. Ia menatap buku Hasan dengan tatapan kosong. Dan tiba-tiba Ia berucap pelan, “Laa..ilahailallah..Muhammadarrosulullah..” Sumi pun menghembuskan napas terakhir dengan keimanan di dadanya.

Kisah “Hasan” bukan satu-satunya ulasan tamsil memukau dalam buku Tauhid Hasan, di sana terdapat 21 kisah lain yang dirasa tepat waktu untuk dihadirkan sebagai pengobat kerinduan genre langka berkaitan dengan aqidah, racikan kreatif generasi muda ini.

Hemat kami, buku ini bukan hanya cerpen aqidah yang menyadarkan, tapi juga cerpen realita kehidupan spiritual yang menggetarkan. Para “pencari Tuhan” muda ini telah berhasil meramu realitas berbalut keyakinan yang menciptakan keajaiban. Antologi cerpen ini menyuguhkan hal itu. Selamat menyelami kerancuan paham-paham “anti-tauhid” dengan cita rasa berbeda!!!

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta

Lampiran Buku

21 april 2016 sore.png

There are 2 comments
  1. harganya sekarang kisaran berapa gan??saya tertarik banget

    • Sigabah Interaksi

      Kalau tidak salah 30.000 pak.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}