Preloader logo

MAHKOTA SUNNAH (01): SHAHIH AL-BUKHARI (Bagian Ke-12)

Pada edisi sebelumnya telah diterangkan proses dan metode al-Bukhari dalam menyusun kitab Shahih al-Bukhari, meliputi kitab (topic) dan bab. Pada edisi ini, pembaca akan diajak untuk menelusuri proses dan metode al-Bukhari dalam penulisan hadis.

 

Penulisan Hadis (1)

 

Penulisan hadis yang dilakukan Imam al-Bukhari memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan para imam lainnya, baik pada masa sebelumnya maupun sesudahnya. Keunikan tersebut dapat dilihat dari metode penulisan hadis secara berulang (takrar atau i’adah) dengan menempatkannya pada bab yang sama dan atau pada bab yang berbeda, dan umumnya menggunakan sanad atau jalur dan redaksi matan yang berbeda pula. Beliau sedikit sekali menyebutkan hadis dengan sanad dan redaksi matan yang sama pada bab yang berbeda.

 

Secara praktik, takrar atau i’adah tersebut dilakukan dengan pola sebagai berikut:

 

  1. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat atau tabi’in, kemudian hadis tersebut diriwayatkan pula dari sahabat atau tabi’in yang lain;
  2. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat dengan dua jalur. Satu jalur diriwayatkan secara marfu’ (sampai kepada Rasul), sedangkan yang lain diriwayatkan secara mauquf (hanya sampai kepada sahabat);
  3. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat dengan dua jalur. Satu jalur diriwayatkan secara munqathi’ (terputus), sedangkan yang lain diriwayatkan secara maushul (bersambung);
  4. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat dengan satu jalur, kemudian diulang penyebutannya karena pada jalur tersebut ada ziyadah (tambahan) rawi;
  5. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat dengan dua jalur. Satu jalur diriwayatkan secara mu’an’an ( menggunakan lafal ‘an), sedangkan yang lain diriwayatkan secara sima’ (menggunakan sami’tu atau haddatsana);
  6. meriwayatkan hadis yang sesuai dengan bab tertentu, kemudian hadis tersebut diriwayatkan  pula sesuai dengan bab lainnya;
  7. meriwayatkan hadis dari seorang sahabat melalui dua jalur. Satu jalur diriwayatkan dengan matan yang lengkap, sedangkan yang lain diriwayatkan dengan matan yang ringkas.

 

Dari praktik di atas dapat kita ketahui bahwa takrar ini dilakukan karena ada tujuan atau kepentingan tertentu yang berhubungan dengan sanad dan matan. Oleh sebab itu, telah menjadi teori umum di kalangan ahli hadis bahwa “beliau tidak akan mengulang hadis kecuali ada faedah”. Adapun faedah atau tujuannya antara lain sebagai berikut:

 

  1. menjelaskan bahwa hadis yang diriwayatkan itu diterima dari banyak orang dengan redaksi yang berbeda;
  2. menjelaskan bahwa hadis yang diriwayatkan itu tidak gharib (sanadnya tidak tunggal);
  3. menjelaskan bahwa hadis yang diriwayatkan itu ada yang marfu’ dan ada yang mauquf; atau untuk menegaskan bahwa hadis yang diasumsikan mauquf itu ternyata marfu’;
  4. menegaskan bahwa hadis yang diriwayatkan itu tidak munqathi (tidak terputus sanadnya);
  5. memperjelas identitas rawi, seperti nama lengkap atau nama sebenarnya, nama ayahnya, atau kun-yah (panggilan), sehingga tidak salah asumsi;
  6. menegaskan bahwa shigah ‘an (lafal ‘an) pada sanad hadis itu adalah sima’ (menunjukkan sami’na atau haddatsana);
  7. menjelaskan bahwa matan hadis itu mengandung banyak ilmu dan hukum;
  8. menjelaskan bahwa matan hadis itu memiliki makna yang sama, tetapi redaksinya berbeda.

 

Untuk memahami implikasi sepenuhnya dari metode tersebut, kami kemukakan sebuah contoh, yakni hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari pada kitab al-‘ilm,

بَاب قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ

Bab Sabda Nabi saw., Berapa banyak orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengarnya langsung’.”

dengan sanad Musaddad (haddatsana), Bisyr (haddatsana), Ibn ‘Awn, dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya.[1]  Adapun redaksinya sebagai berikut:

 

ذَكَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ أَوْ بِزِمَامِهِ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِذِي الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ

Dia menuturkan, bahwa Nabi saw. duduk diatas untanya sementara orang-orang memegangi tali kekang unta tersebut. Beliau saw. berkata, Hari apakah ini? Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama hari yang sudah dikenal. Beliau saw. berkata, Bukankah hari ini hari Nahar? Kami menjawab, Benar.’ Nabi saw. kembali bertanya, Bulan apakah ini? Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama bulan yang sudah dikenal. Beliau saw. berkata, Bukankah ini bulan Dzul Hijjah? Kami menjawab, Benar.’ Nabi saw. bersabda, Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian sesama kalian haram (suci) sebagaimana sucinya hari kalian ini, bulan kalian ini dan tanah kalian ini. (Maka) hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena orang yang hadir semoga dapat menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya’.

Hadis ini diulang penyebutannya pada 8 tempat, sebagai berikut:

Pertama, kitab al-‘ilm,

بَاب لِيُبَلِّغِ الْعِلْمَ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Bab orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu yang didengarnya kepada yang tidak hadir. Ibnu Abbas mengatakannya dari Nabi saw.”

dengan sanad Abdullah bin Abd al-Wahab (haddatsana), Hammad, dari Ayub, dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah[2].  Adapun matannya sebagai berikut:

ذُكِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا أَلَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ وَكَانَ مُحَمَّدٌ يَقُولُ صَدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ ذَلِكَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

 

Pada bab ini dimuat pula hadis yang semakna dari sahabat Abu Syuraih.

 

Kedua, Kitab al-haj,

بَاب الْخُطْبَةِ أَيَّامَ مِنًى

“Bab khutbah pada hari-hari Mina.”

Dengan sanad Abdullah bin Muhamad (haddatsani), Abu ‘Amir (haddatsana), Qurrah, dari Muhamad bin Sirin (akhbarani), Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Abu Bakrah. Dan seorang laki-laki yang lebih utama menurut saya dari Abdurrahman, yaitu Humaid bin Abdurrahman, dari Abu Bakrah[3]. Adapun matannya sebagai berikut:

خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ قَالَ أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

Pada bab ini diriwayatkan pula hadis yang semakna dari sahabat Ibnu Umar.

Ketiga, kitab bad al-khalq,

بَاب مَا جَاءَ فِي سَبْعِ أَرَضِينَ …

Bab penjelasan tentang tujuh bumi.”

Dengan sanad Muhamad bin al-Mutsanna (haddatsana), Abd al-Wahab (haddatsana), Ayyub (haddatsana), dari Muhamad bin Sirin, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah.[4] Adapun matannya sebagai berikut:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Nabi saw bersabda, Zaman (masa) terus berjalan dari sejak awal penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan al-Muharam serta Rajab yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban’.

Keempat, kitab al-maghazi,

بَاب حَجَّةِ الْوَدَاعِ

“Bab haji Wada’”

Dengan sanad Muhamad bin al-Mutsanna (haddatsana), Abd al-Wahab (haddatsana), Ayyub (haddatsana), dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah.[5] Adapun matannya sebagai berikut:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَةِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَسَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلَّغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ يَقُولُ صَدَقَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

 

Kelima, kitab at-tafsir,

بَاب قَوْلِهِ إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Bab firman Allah inna ‘iddatasy syuhuur… (QS. At-Taubah ayat 36).”

Dengan sanad Abdullah bin ‘Abd al-Wahhab (haddatsana), Hammad bin Zaid, Ayyub, Muhamad, Ibn Abu Bakrah, Abu Bakrah.[6] Adapun matannya sebagai berikut:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

 

Keenam, kitab al-adhahi,

بَاب مَنْ قَالَ الْأَضْحَى يَوْمُ النَّحْرِ

“Bab orang yang berkata, ‘Adhha adalah hari sembelihan’.”

Dengan sanad Muhamad bin Salam (haddatsana),  Abd al-Wahab (haddatsana), dari Ayub, dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah[7]. Adapun matannya sebagai  berikut:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ وَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ قَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

Ketujuh, kitab al-fitan,

بَاب قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

Bab sabda Nabi saw. ‘Sepeninggalku janganlah kalian kembali kafir, sebagian kalian memenggal leher sebagian lainnya’.

Dengan sanad Musaddad (haddatsana), Yahya (haddatsana), Qurrah bin Khalid (haddatsana), Ibn Sirin, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Abu Bakrah, dan dari seorang laki-laki yang lebih utama menurutku daripada Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Abu Bakrah.[8] Adapun matannya sebagai berikut:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ أَلَا تَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِيَوْمِ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ وَأَبْشَارَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّهُ رُبَّ مُبَلِّغٍ يُبَلِّغُهُ لِمَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ فَكَانَ كَذَلِكَ قَالَ لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ حُرِّقَ ابْنُ الْحَضْرَمِيِّ حِينَ حَرَّقَهُ جَارِيَةُ ابْنُ قُدَامَةَ قَالَ أَشْرِفُوا عَلَى أَبِي بَكْرَةَ فَقَالُوا هَذَا أَبُو بَكْرَةَ يَرَاكَ قَالَ عَبْدُالرَّحْمَنِ فَحَدَّثَتْنِي أُمِّي عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لَوْ دَخَلُوا عَلَيَّ مَا بَهَشْتُ بِقَصَبَةٍ

“Bahwasanya Rasulullah saw. berpidato di hadapan sahabat dan bertanya, Tahukah kalian hari apa ini? Mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kata Abu Bakrah, ‘Hingga kami ketika itu menyangka bahwa Nabi menamakannya dengan nama lain.’ Kemudian Nabi bertutur, Bukankah sekarang hari nahar (kurban)? Kami menjawab,Betul ya Rasulullah! Rasulullah bertanya, Negeri manakah ini, bukankah negeri haram? Kami menjawab, ‘Benar ya Rasulullah.‘ Rasulullah saw. Bersabda, Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, dan kulit kalian adalah haram sebagaimana kehormatan hari kalian ini, dalam bulan kalian ini, dan negeri kalian ini, bukankah telah kusampaikan? Kami menjawab, ‘Betul.’ Nabi melanjutkan, ‘Ya Allah, saksikanlah, hendaklah yang hadir menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir, berapa banyak orang yang menyampaikan berita kepada orang yang lebih paham.’ Selanjutnya beliau sampaikan pula sabdanya, Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalku, sebagian kalian memenggal leher sebagian lainnya. Dan dikala Ibnul khadrami dibakar oleh seorang hamba sahaya Ibnu Qudamah, Abdurrahman mengatakan, ‘Tolong kalian lihat Abu bakrah dari tempat yang tinggi!’ Lantas mereka mengatakan, ‘Ini Abu Bakrah melihatmu hai hamba sahaya!’ Abdurrahman berkata, ‘Ibuku menceritakan kepadaku dari Abu Bakrah, bahwasanya ia mengatakan, ‘Kalaulah mereka menemuiku, aku pun tidak akan menohok mereka dengan tongkatku ini’.”

Kedelapan, kitab at-tawhid,

بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Bab firman Allah Ta’ala wujuuhun yawma’idzin…” (QS. Al-Qiyamah: 22)

Dengan sanad Muhamad bin al-Mutsanna (haddatsana), Abd al-Wahab (haddatsana), Ayyub (haddatsana), dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah.[9] Adapun matannya sebagai berikut:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحَجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبْلِغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ قَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ

Berdasarkan contoh di atas, ada dua faedah yang kita dapatkan dari metode takrar (pengulangan) al-Bukhari, yaitu sanad dan matan:

 

A. Faedah dilihat dari aspek sanad

Pertama, hadis yang diriwayatkan itu diterima tidak hanya dari seorang guru dengan redaksi yang berbeda, dalam hal ini sebanyak lima orang, yaitu:

 

Guru pertama, Musaddad[10] (W. 228 H/842 M) dengan dua redaksi[11]

1) ذَكَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ أَوْ بِزِمَامِهِ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّ يهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِذِي الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ

2) أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  خَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ أَلَا تَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِيَوْمِ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ وَأَبْشَارَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ  فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّهُ رُبَّ مُبَلِّغٍ يُبَلِّغُهُ لِمَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ فَكَانَ كَذَلِكَ قَالَ لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ حُرِّقَ ابْنُ الْحَضْرَمِيِّ حِينَ حَرَّقَهُ جَارِيَةُ ابْنُ قُدَامَةَ قَالَ أَشْرِفُوا عَلَى أَبِي بَكْرَةَ فَقَالُوا هَذَا أَبُو بَكْرَةَ يَرَاكَ قَالَ عَبْدُالرَّحْمَنِ فَحَدَّثَتْنِي أُمِّي عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لَوْ دَخَلُوا عَلَيَّ مَا بَهَشْتُ بِقَصَبَةٍ

 

Guru kedua, Abdullah bin Abd al-Wahab[12] (W. 226 H/840 M), dengan dua redaksi[13];

  • ذُكِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا أَلَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ وَكَانَ مُحَمَّدٌ يَقُولُ صَدَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ ذَلِكَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ
  • عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

 

Guru ketiga, Muhamad bin Salam[14] (W. 227 H/841 M), dengan satu redaksi[15];

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  إِنَّ الزَّمَانَ  قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ وَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ قَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

Guru keempat, Abdullah bin Muhamad[16] (W. 229 H/843 M), dengan satu redaksi[17];

خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَوْمَ النَّحْرِ قَالَ أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

Guru kelima, Abdullah bin al-Mutsanna[18] (W. 252 H/866 M), dengan tiga redaksi[19];

 

1) عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

2) عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَةِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَسَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلَّغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ يَقُولُ صَدَقَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ

3) عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحَجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبْلِغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ قَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ

 

Kedua, menjelaskan bahwa hadis yang diriwayatkan itu, pada thabaqat (generasi) tertentu,  tidak gharib (tidak tunggal), dalam hal ini periwayatan murid Abu Bakrah[20] (W. 52 H/672 M). Hampir semua sanad menunjukkan bahwa yang menerima hadis ini dari Abu Bakrah hanya seorang, yaitu putranya, Abdurrahman bin Abu Bakrah[21] (W. 96 H/714 M). Namun pada sanad Abdullah bin Muhamad (kitab al-hajj) dijelaskan bahwa ada rawi lain yang menerima hadis ini dari Abu Bakrah, yakni Humaid bin Abdurrahman al-Himyiri[22]. 

Ketiga, memperjelas identitas rawi, seperti nama lengkap atau nama sebenarnya, nama ayahnya, atau kun-yah (panggilan), sehingga tidak salah asumsi, yaitu:

 

pada sanad pertama (Musaddad) ada tiga orang yang tidak jelas namanya;

  • Ibn ‘Aw Pada sanad Musaddad lainnya (kitab al-fitan) tidak ada penjelasan tentang nama sebenarnya.
  • Ibn Sirin. Pada sanad kedua, yaitu Abdullah bin Abd al-Wahhab (kitab al-‘im), dijelaskan namanya Muhamad (W. 110 H/728 M), bahkan pada sanad Abdullah bin Muhamad (kitab al-hajj) ditegaskan Muhamad bin Sirin.
  • Abihi (bapaknya). Pada sanad-sanad lainnya disebutkan namanya Abu Bakrah

 

pada sanad kedua (Abdullah bin al-Wahhab) terdapat dua orang yang tidak jelas namanya;

  1. Pada sanad Abdullah lainnya (kitab al-tafsir) diterangkan Hammad bin Zaid.
  2. Ibnu Abu Bakrah. Pada sanad Abdullah lainnya (kitab al-tafsir) diterangkan namanya, yaitu Abdurrahman.

 

Keempat, menegaskan bahwa shigah ‘an (lafal ‘an: dari) pada sanad hadis itu adalah sima’: menunjukkan sami’na, haddatsana, akhbarana, dalam hal ini periwayatan Ibn Sirin dari Abdurrahman bin Abu Bakrah. Hampir semua sanad menunjukkan bahwa periwayatan Ibn Sirin dari Abdurrahman mengunakan shigah ‘an, namun pada sanad Abdullah bin Muhamad (kitab al-hajj) ditegaskan dengan akhbarani (telah mengabarkan kepadaku).

 

B. Faedah dilihat dari aspek matan

  1. Menjelaskan bahwa matan hadis itu mengandung banyak ilmu dan hukum. Hal itu diketahui dengan penempatan hadis ini pada berbagai topik; ilmu, haji, awal penciptaan makhluk, sembelihan, tafsir, peperangan, fitnah (huru-hara), serta tawhid;
  2. Menjelaskan bahwa matan hadis itu memiliki makna yang sama, tetapi redaksinya berbeda. Hal itu terlihat dengan beragamnya redaksi hadis tersebut sebagaimana disebutkan di atas.

 

Itulah beberapa faedah yang diperoleh dari metode takrar versi al-Bukhari pada kitab sahih-nya.

Karena metode penulisan Imam al-Bukhari demikian adanya, maka suatu hadis harus dicari pada beberapa tempat yang terkadang didapati dalam bentuk ringkasan, hingga menimbulkan asumsi ketidakautentikannya, padahal tidak demikian halnya. Keadaan ini menimbulkan kesulitan yang perlu dicarikan solusinya.

 

By Amin Muchtar, sigabah.com

 

[1]Lihat, Shahih al-Bukhari, Dar el-Salam, 1997, hal. 19-20, No. hadis 67

[2]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 28. No. hadis 105.

[3]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 345, No. hadis 1741

[4]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 653, No. hadis 3197. Pada terbitan lainnya tercatat: الزَّمَانُ.

[5]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 906-907, No. hadis 4406

[6]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 970, No. hadis 4662

[7]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 1198-1199, No. hadis 5550

[8]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 1485, No. hadis 7078

[9]Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 1562-1563, No. hadis 7447

[10]Nama lengkapnya Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Asadi, berasal  dari Bashrah. Ia termasuk thabaqat X (generasi kibar tabi’ tabi’ al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, op.cit., II:579, No. rawi 6870; Ahmad bin Muhamad al-Kalabadzi, Rijal Shahih al-Bukhari, Dar el-Ma’rifah, Beirut, 1987, II:743, No. rawi 1243; Al-Dzahabi, op.cit., juz II, hal. 422; Al-Mizzi, op.cit. XXVIII:443-448)

[11]Redaksi pertama diterima dari Bisyr, dari Ibn Aun, dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya (Lihat, Shahih al-Bukhari, Dar el-Salam, 1997, hal. 19-20, No. hadis 67), sedangkan redaksi kedua diterima dari Yahya, dari Qurrah bin Khalid, dan seterusnya sama dengan sanad pertama. (Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 1485, No. hadis 7078)

[12]Berasal dari Bashrah, termasuk thabaqat X (generasi kibar tabi’ tabi’ al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., I:299, No. rawi 3539; Al-Kalabadzi, op.cit., I:416-417, No. rawi 600)

[13]Redaksi pertama dan kedua diterima dari Hammad, dari Ayub, dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah. (Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 28-29, hadis redaksi pertama No. 105; hal. 970, hadis redaksi kedua No. 4662)

[14]Berasal dari Bukhara, terkenal dengan sebutan al-Baikindi. Ia termasuk thabaqat X (generasi kibar tabi’ tabi’ al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., I:299, No. rawi 3539; Al-Kalabadzi, op.cit., I:416-417, No. rawi 600)

[15]Redaksi ini diiterima dari Abd al-Wahhab, dari Ayub, dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah (Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 1198-1199, No. hadis 5550)

[16]Nama lengkapnya Abdullah bin Muhamad bin bin Abdullah bin Ja’far bin al-Yaman. Berasal dari Bukhara, terkenal dengan sebutan al-Musnadi. Ia dikenal dengan sebutan itu karena ketika thalab al-hadits (belajar hadis), ia berupaya menelusuri hadis-hadis musnad (hadis Rasul yang bersambung sanadnya), dan ia enggan menerima hadis maqthu (perkataan tab’in) juga al-mursal (sanadnya terputus karena tabi’in menyampaikan hadis langsung dari Nabi tanpa melalui sahabat). Ia termasuk thabaqat X (generasi kibar tabi’ tabi’ al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., II:311, No. rawi 3680; Al-Kalabadzi, op.cit., I:427, No. rawi 622)

[17]Redaksi ini diterima dari Abu ‘Amir, Qurrah, dari Muhamad bin Sirin,, Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Abu Bakrah. Dan seorang laki-laki yang lebih utama menurut saya dari Abdurrahman, yaitu Humaid bin Abdurrahman, dari Abu Bakrah (Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 345, No. hadis 1741)

[18]Berasal dari Bashrah. Ia termasuk thabaqat X (generasi kibar tabi’ tabi’ al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., II:550, No. rawi 6515; Al-Kalabadzi, op.cit., II:682, No. rawi 1107)

[19]Semua redaksi ini diiterima Muhamad bin al-Mutsanna, Abd al-Wahab, Ayyub, dari Muhamad, dari Ibn Abu Bakrah, dari Abu Bakrah. (Lihat, Shahih al-Bukhari, op.cit., hal. 345, hadis redaksi pertama No. 3197; hal. 906-907, hadis redaksi kedua No. 4406; hal. 1562-1563, hadis redaksi ketiga No. 7447)

[20]Namanya Nufai’ bin al-Harits bin Kaladah. Ia masuk Islam di Thaif, lalu tinggal di Bashrah. Ia lebih dikenal dengan kun-yah-nya Abu Bakrah  (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., II:626, No. rawi 7460)

[21]Berasal dari Bashrah. Ia termasuk thabaqat ke-2 (generasi kibar al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., I:331, No. rawi 3923)

[22]Berasal dari Bashrah. Ia termasuk thabaqat ke-3 (generasi ausath al-tabi’in) (Lihat, Al-Asqalani, op.cit., I:142, No. rawi 1612)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}