Preloader logo

Kredit Macet dan Upaya ‘Habis-habisan’ Bank yang Tak Berbuah

Jakarta, (sigabah.com) — Kenaikan kredit macet menjadi salah satu masalah utama bagi perbankan dalam beberapa tahun terakhir, selain lesunya pertumbuhan kredit.

Pada akhir tahun lalu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross perbankan sempat berhasil turun dari 2,93 persen pada 2016 menjadi 2,59 persen. Namun, penurunan rasio NPL tersebut tak bertahan lama.

Pada Januari 2018, rasio NPL gross perbankan kembali naik menjadi 2,86 persen dan naik lagi pada Februari menjadi 2,88 persen.

Peningkatan rasio NPL tak hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah kredit bermasalah, tetapi juga lambatnya penyaluran kredit. Per Februari 2018, NPL nominal perbankan mencapai Rp135 triliun, naik dibanding bulan sebelumnya Rp133,3 triliun dan akhir tahun lalu Rp122,67 triliun.

Padahal bank sudah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengatasi NPL. Salah satunya, dengan terus menambah biaya pencadangan yang berdampak pada berkurangnya laba bank. Adapun pada tahun lalu, bank mencatatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp157 triliun, naik hampir setengah dari posisi 2015 sebesar Rp116 triliun.

Sementara itu, penyaluran kredit turun dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp4.763 triliun menjadi Rp4.661 triliun pada Januari dan Rp4.690,6 triliun pada Februari 2018.

Ekonom dari Institute Banking School (IBS) Batara Simatupang menilai bahwa NPL kembali membengkak karena pembayaran cicilan segmen kredit menengah dan kecil kembali tersendat. Hal ini merupakan siklus yang biasa dihadapi segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di mana modal tersendat pada awal tahun, sehingga kesulitan membayarkan cicilan kredit ke bank.

“Pada kredit UMKM, umumnya angsuran kredit sebulan ditahan perbankan oleh sistem sesuai perjanjian. Namun, di akhir tahun pembayaran sudah mulai tersendat,” ujar Batara kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/4).

Dengan begitu, NPL jadi membengkak, terutama pada bank yang masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1 dan 2 atau bank dengan modal inti di bawah Rp5 triliun yang mengandalkan bisnis pada lini kredit UMKM.

sigabah.com | cnnindonesia.com

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}