Preloader logo

KONSEP MANUSIA: PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

Bicara soal manusia bukanlah sesuatu yang mudah. Sebab bicara mengenai diri kita sendiri yang tentu penuh dengan keterbatasan untuk mengungkap esensi diri, walaupun memang bukan juga sebuah kemustahilan. Mungkin yang kita bicarakan ini belum tentu esensi, tapi setidaknya bisa mendekati. Pertama kita bakal liat manusia dari perspektif (sudut pandang) agama-agama.

a. Perspektif Kristen

Menurut kristen, mereka punya sebuah konsepsi dasar soal manusia itu adalah berasal dari konsep tentang original sin; dosa asal. Jadi mereka membangun satu paradigma bahwa manusia itu lahir emang udah bawa dosa, jadi bahan bakunya adalah dosa. Makannya dibangun mitos berikutnya, perlu ada yang namanya “sang penebus dosa”. Salah satu refleksi paling jelas, di dalam kehidupan bermasyarakat Kristen eropa adalah kalau ada manusia dituduh bersalah, pasti dia salah. Kenapa? Karena memang kodratnya dia sudah membawa dosa. Jadi kalau ada manusia mencuri, ya bahan bakunya memang begitu.

Konon katanya, konsepsi dasar ini berubah setelah Napoleon Bonaparte melakukan perjalanan ke Timur Tengah, khususnya Mesir. Jadi waktu ini, Napoleon yang ada dibawah bendera Perancis udah ngejajah banyak bangsa di eropa, sehingga punya pengaruh besar disana. Penjajah, dimanapun juga dia pasti bakal menguatkan eksistensinya itu dengan bikin aturan atau hukum dan hukum itu harus dipake juga di negara jajahannya. Termasuk Napoleon waktu itu. Waktu dia ngejajah, dia mengukuhkan eksistensinya dengan bikin hukum. Bikin aturan-aturan yang kemudian kita kenal dengan “Code napoleon” yakni hukum perundang-undangan yang ngebahas 3 aspek;  yaitu Code Penal yang isinya Hukum Pidana, Code Cipil yang isinya Hukum Perdata, dan Code du Commerce yang isinya Hukum Dagang . Nah di Code Napoleon itu, kalau seseorang ada di pengadilan, dia harus bisa buktiin bahwa dirinya engga bersalah, karena dia bahan bakunya adalah salah.

Setelah Napoleon melakukan perjalanan ke Timur Tengah, dia ketemu sama manuskrip-manuskrip dari para ulama. Di dalam Islam kan sudah dikatakan “Kullu mauluudin yuuladu ‘alal fithrah”. Bahwa setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fithrah. Jadi dia suci, tidak membawa dosa.

Kemudian napoleon berkontemplasi, semacam merenung. Wah, bener juga apa yang dikatakan Islam. Setiap orang bahan bakunya adalah tidak membawa dosa. Maka digantilah semua Code Napoleon. Misal di pasal 1 nya yang berkaitan dengan asas legalitas “nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”. (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya)”. Jadi seseorang engga boleh dihukum kecuali atas ketentuan yang menyatakan bahwa perbuatannya itu emang salah. Menjadi seperti ini setelah masuk konsep Islam.

Jadi implikasi dosa asal itu seperti itu, termasuk dalam sistem hukum eropa. Itulah asumsi dasar menurut ajaran kristen dalam melihat manusia. Dosa asal.

b. Perspektif Hindu-buddha

Konsep Hindu-Buddha itu adalah penyatuan manusia dengan alam. Jadi menurut mereka, manusia itu hidup berada di dalam peperangan antara benar dan salah (mungkin bahasa kita haq dan batil). Dan dalam peperangan itu, manusia kalah dan alam yang menang. Makannya, mereka yang mau mendapatkan kemenangan mendapatkan puncak kebahagiaan, maka mereka harus menyatu dengan alam. Mencapai nirwana; kebahagiaan abadi yang luar biasa. Maka tingkat “keshalehan” tertinggi dalam ajaran Hindu-Buddha adalah ketika seseorang menyatu dengan alam. Makannya engga aneh, kalau kemudian candi-candi itu tempatnya ada di dalam hutan-hutan, di alam bebas. Engga ada candi di perkotaan.

Mereka bersemedi disana, bertapa. Mereka lepaskan semua aksesoris-aksesoris keduniaan; hanya memakai 2 helai kain saja. Bahkan rambut mereka pun harus dihabisi. Makan sehari-hari nya pun dapat dari alam. Itu dalam ajaran Hindu-Buddha.  Jadi boleh dikatakan dunia ini sebagai sesuatu yang menyebabkan hidup kita engga bahagia. Beda sama Islam,  dalam Islam  kan “Fii dunya hasanah wafil aakhirati hasanah”. Semuanya adalah kebaikan, tinggal gimana masing-masing individunya.

Itulah sedikit tentang perspektif agama-agama lain dalam melihat manusia. Pertanyaan berikutnya adalah, gimana konsep manusia dalam perspektif Islam?

c. Perspektif Islam

Seperti yang udah disinggung sedikit diatas, dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk Allah yang terlahir dalam keadaan fithrah, maka udah jadi tugas tiap individu buat ngejaga kefithrahannya itu.

Selain modal fithrah itu, Allah juga ngasih manusia modal ke manusia berupa akal dan perasaan. Modal yang engga Allah kasih ke makhluk lainnya di muka bumi ini. Maka dengan modal yang luar biasa ini, manusia beda sama makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk yang tau untuk apa dia hidup  (QS. Az-Zariyat:56). Tugasnya bukan cuma sekedar cari makan, cari kerja, kawin, terus mati. Tapi ada misi yang diemban selain untuk mengabdi kepada Allah, manusia juga diperintah untuk jadi khalifah di muka bumi ini (QS. Al-Baqarah : 30)

Karena materi bahasannya cukup panjang, maka pembahasan soal manusia ini, bakal kita pecah ke beberapa bagian. Biar engga terlalu panjang, sehingga tiap bagiannya bisa kita refleksikan. Kedepan bakal dibahas soal elemen-elemen manusia seperti akal, hati, dan lainnya. Juga tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi…

By Azmi Fathul Umam

Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}