Preloader logo

DARK AGES: MASYARAKAT PRA-ISLAM

Halo sobat muslim, pemuda harapan agama Rahimakumullah! Gimana kabarnya hari ini? Mudah-mudahan selalu dalam kesehatan dan kebahagiaan yaa. Aaamiin…. Alhamdulillah, atas izin Allah edisi pertama kolom remaja ini bisa terbit juga. Okey, di edisi pertama ini yang mau kita bahas adalah soal sejarah; kenangan masa lalu. Duh, yang denger kata kenangan langsung baperr. Cieee….

Yang mau kita bahas sekarang adalah Islam di masa lalu. Lebih tepatnya sih gimana situasi kehidupan waktu itu, sebelum Islam datang. Langsung aja yaa….

Apa itu dark ages? apa sih maksudnya masyarakat Pra – Islam?

Masyarakat pra – Islam itu maksudnya, adalah kondisi masyarakat(khusunya masyarakat Arab) sebelum Islam datang. Jadi, walaupun peradaban Islam berkembangnya dimulai dari jazirah Arab ternyata jauh sebelum itu ada satu masa, dimana masyarakat Arab mengalami kemunduran lohh… yang populer dan sering banget kita denger, masa ini sering disebut masa Jahiliyyah. Kalo bahasa kerennya itu Dark ages, dan kalo di Qur’an disebutnya Dzhulummat. Gausah bingung, walaupun istilahnya beda-beda esensi atau artinya sama ko yaitu “Masa kegelapan”

Abis dijelasin apa itu kondisi masyarakat Pra – Islam, muncul deh pertanyaan. Kira-kira, yang kebayang sama kita yang dimaksud masyarakat Jahiliyyah itu yang kaya gimana ya? Apa bedanya masyarakat Jahiliyyah sama masyarakat Primitif? Atau jangan-jangan pengertian masyarakat Jahiliyyah itu, sama kaya masyarakat Primitif kaya yang kita tau selama ini?

Ada yang bilang, “ Masyarakat Jahiliyyah itu adalah masyarakat yang masih percaya sama hal-hal yang ga mungkin, yang ga masuk akal”. Ada juga yang bilang, “Masyarakat Jahiliyyah itu adalah masyarakat yang cenderung berprilaku jahat”. Kalo yang dimaksud masyarakat Jahiliyyah itu sama kaya 2 pernyataan di atas, berarti engga terikat ruang sama waktu dong? bisa terjadi dimana dan kapan aja kan? Termasuk di zaman sekarang ini. Jadi kita dong hidup di masyarakat Jahiliyyah? Jahiliyyah modern? Nah loh!

Daripada makin bingung dan gagal paham, kita coba bahas kehidupan waktu itu seenggaknya dari dua aspek.cekidott….

a

                                                                       Ilustrasi masyarakat Demokrasi

b

                                                                      Ilustrasi perdagangan Internasional

 Yang pertama adalah soal sistem kemasyarakatan.Tau sistem pemerintahan demokrasi? Itu lohh sistem pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Kita pasti ngira sistem ini berasal dari barat, soalnya kenyataan yang kita liat hari ini nunjukin kalo demokrasi berkembang pesat disana dan terus nyebar ke setiap pelosok dunia, termasuk negeri kita tercinta Indonesia.

Kalo kita mundur kebelakang dan liat fakta sejarah, ternyata sistem semacam ini udah lebih dulu diterapkan sama Bani Ismail, nenek moyang masyarakat Arab. waktu itu udah dikenal istilah syura, musyawarah, kesepakatan, kemufakatan yang esensinya sama kaya demokrasi. Jadi adanya sistem demokrasi, itu asal muasalnya dari Bani Ismail, masyarakat Arab-lah yang bikin.

Walaupun waktu itu masyarakat Arab ada banyak kelompok atau suku bangsa, dalam aspek tertentu mereka udah punya sistem permusyawaratan. Buktinya mereka punya gedung MPR sendiri, namanya “darun nadwah” . ini sebelum Islam dateng loh. Ternyata maju ya Jahiliyyah tuh. Lebih modern dari sisi sistem kesepakatan sosial masyarakat. Jadi masyarakat Jahiliyyah itu bukan masyarakat primitif, soalnya mereka udah punya sistem kemasyarakatan sendiri.

Yang Kedua, sekarang soal sistem kemapanan hidup. Ada yang udah pernah main ke Borobudur? Liat kemegahan bangunannya. Kebayang ga sama kita gimana ngebangunnya? Sampe bisa kayak gitu, pake teknologi apa? Padahal itu zaman dulu, pada zaman yang kita sebut Jahiliyyah. Belum lagi Piramida, itu ngebangunnya seperti apa?

Nah bangsa Arab, terkait sama sistem kemapanan hidup, mereka juga udah maju. Pada waktu itu udah ada yang namanya sistem ekspor-impor. Contoh pertama adalah seni pahat impor. itu Latta Uzza misalnya. Latta uzza ini impor dari Ethiopia. Soalnya gaada di bangsa Arab waktu itu yang namanya seni pahat. Ohiya, buat yang belum tau Latta Uzza itu nama berhala yang disembah orang kafir Quraisy. Di hari kiamat nanti, di neraka, Nabi liat seseorang, yang terburai isi perutnya, dia adalah Amr bin Luhay, dialah pelopor penyembahan berhala karena dia yang jadi makelar diimpor nya Latta Uzza. Dan dari aspek ekspor-impor ini entar dikenal istilah barter. Beli sendal pake cabe, beli tv pake garem hehehe…. pokonya gitu deh intinya bukan jual beli tapi tukar menukar barang yang kita punya.

Disisi lain, untuk kebutuhan tertentu ternyata mereka memiliki keahlian sendiri yang bisa jadi engga dimiliki bangsa lain. Seenggaknya ada 15 profesi bangsa Arab yang nunjukin kelebihan dibanding bangsa lain. Dari mulai menjahit, sampe hasil pertanian dan kalo dihitung pendapatan per kapita nya itu luar biasa, buat ukuran masyarakat yang disebut Jahiliyyah.

Selain ekspor-impor sama beberapa keahlian yang jadi keunggulan bangsa Arab, disana juga udah ada yang namanya valuta asing (tukar menukar mata uang asing) itu sudah dilakukan di zaman itu. sehingga di kemudian hari terkenal lah yang namanya jihbiz atau money changer. Itu udah modern. karena ada satu wilayah di Arab, hijaz. Yang waktu adalah lalu lintas perdagangan internasional, jadi semua produk pasti lewat sini. Jadi yang namanya valuta asing, tukar menukar uang itu sudah biasa mereka lakukan.

Nah dengan dua contoh diatas jangan lagi deh ada persepsi bahwa yang disebut masyarakat Jahiliyyah itu seakan-akan masyarakat Primitif; Zaman batu. Tapi udah modern. Karena itulah maka nanti saat kita berbicara masalah pencerahan masyarakat Arab, berarti nanti yang diperbaharui Nabi engga dalam konteks hal-hal kaya gini.

Contoh terakhir gini, siapa sahabat Nabi yang dikenal pandang berdagang? Abdurrahman bin Auf, misalnya. Pertanyaannya adalah apakah Abdurrahman bin Auf pandai berdagang setelah masuk Islam? Engga. Nah, Nabi gaakan ngajarin gimana caranya umat Islam pandai dagang. Toh, engga diutus Nabi juga mereka udah pandai. Tapi gimana biar dagang umat Islam jadi bernilai surga, itu yang diajarin Nabi, yang diajarin Islam.

Jadi, apa yang dimaksud kehidupan masyarakat Jahiliyyah itu engga ada hubungannya sama pranata sosial, ga terkait sama kondisi kemapanan dalam konteks kehidupan dunia. Apa yang dirubah nanti sama Islam, adalah berkaitan sama karakter atau watak masyarakat Jahiliyyah; Ada kesalahan dalam pola pikir ada kesalahan dalam pandangan hidup, falsafah hidup itu yang disebut masyarakat Jahiliyyah. Makannya disebut dengan masa kegelapan. Perlu dicerahkan biar mereka masuk kepada cahaya yang terang. Ini yang disebut dengan menciptakan, mewujudkan pendidikan sumber daya manusia. Oleh islam, mereka hendak dijadikan manusia-manusia yang selamat.

Okeee sekian dulu pembahasan kita di artikel ini. Mudah-mudahan bisa jadi tambahan ilmu dan pengetahuan buat sobat semua yaaa! Aaamiin……

By Azmi Fathul Umam, sigabah.com/beta

There are 3 comments
  1. Suprijanto

    Wah subhanalloh salut sma Azmi jd mang jga iri mau belajar jd penulis

    • Sigabah Interaksi

      Makasih wa, Insyaa Allah semoga terus istiqamah.

  2. ana juga yg hidup dimasa kini masih mengalami masa jahiliyah sebelum hidayah itu datang .
    Betulkah ana sudah dapat hidayah? Sepertinya begitu deh , karna setelah ana mempelajari Al qur an dan sunnah Nabi Muhammad saw. Yg kata Guru guru ana itulah yg sohih . Dan bergabung dgn PERSATUAN ISLAM. Ana jadi makin berhati hati dan memilah amalan IBADAH.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}