Preloader logo

CATATAN HITAM DR.M.TIJANI (Bagian ke-3)

Kritikan Umum atas Tijani dan Konsepnya (2)

Kedua, Kebanggaan dan kekagumannya terhadap diri sendiri.

Kepribadian yang sangat nampak dari Tijani adalah sifat ghurur (Bangga dengan diri sendiri), I’jab bin Nafs (Egonya yang sangat tinggi), dan ini sangat nampak dari pembicaraannya tentang dirinya, pujiannya terhadap dirinya di berbagai tempat dalam buku-bukunya, di antaranya: “Itu, aku yakin bahwa Allah lah yang telah memanggilku, melimpahkan perhatian-Nya kepadaku dan menyampaikanku ke derajat yang tidak dapat dicapai oleh kebanyakan orang sampai akhir hayat mereka.[1]

Dan iapun berkata: “Satu lagi limpahan karunia yang harus ku syukuri adalah perubahan sikap orang-orang utara yang tadinya sinis terhadapku. Lebih dari itu, setiap delegasi lain bahkan yang tidak aku kenal, serta merta menyukaiku ketika melihatku dan meminta alamat supaya dapat berkirim surat.[2]

Iapun berkata: “Kemasyhuranku merebak ke negeri-negeri yang kulalui. Seorang musafir kadang-kala berlalu di tempat kami lalu sembahyang Jumaat (begini, yang benar Jum’at) dan menghadiri kuliahku. Ketika pulang dia menyebarkan kepada masyarakat sekitarnya…[3]

Iapun berkata: “Mereka juga berkata bahwa shahib zaman, yakni syaikh Ismael ini, telah memilihku untuk menjadi Khash al-khas, yakni kalangan yang paling dekat dengannya. Mendengar ini hatiku terasa gembira sekali. Aku menangis lantaran sangat terharunya pada karunia Allah yang terus mengangkatku dari makam yang tinggi ke makam yang lebih tinggi lagi…[4]

Inilah sebagian dari perkataannya tentang dirinya, dan pujiannya bagi dirinya sendiri, dan cukuplah ini menjadi kecacatan bagi seseorang yang menunjukkan kekurangan agama, ilmu dan akalnya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

Maka janganlah kamu membersihkan (memuji) dirimu sendiri. Dia mengetahui siapa yang taqwa di antara kamu.[5]

Dan Dia pun berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (49) انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا (50)

“Tidakkah engkau melihat orang yang membersihkan (memuji) dirinya sendiri. Bahkan Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya, sedang mereka tidak teraniaya sedikitpun. Lihatlah bagaimana mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah, dan cukuplah itu menjadi dosa yang terang (bagi mereka).[6]

Ketiga, Penipuan dan Kedustaannya.

Di sana terdapat banyak contoh yang menunjukkan kedustaan, penipuan, dan pemalsuan yang dilakukan Tijani dalam buku-bukunya, di antaranya:

Perkataannya di dalam buku “Asy-Syi’ah Hum Ahlus Sunnah” (Syiah adalah Ahlus Sunnah), ia berkata: “Seperti telah disebutkan di atas bahwa orang-orang menamakan dirinya Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengatakan keabsahan empat Khulafa’ur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, inilah yang dikenal saat ini, akan tetapi hakekat pahit yang sebenarnya adalah bahwa Ali bin Abi Thalib tidak mereka masukkan ke dalam katagori Khulafa’ur Rasyidin, bahkan mereka tidak mengakui keabsahan khilafahnya, hanyasanya Ali digabungkan bersama tiga khalifah pada masa terakhir sekali, yaitu pada tahun 230 H. pada masa Ahmad bin Hanbal. Adapun para sahabat selain Syi’ah para khalifah, Raja dan para pemimpin yang memimpin umat Islam pada masa Abu Bakar sampai pada pemerintahan Abbasiyah Muhammad bin Ar-Rasyid Al-Mu’tashim, mereka sama sekali tidak pernah mengakui kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, bahkan sebagian mereka ada yang melaknatnya dan ia tidak menganggapnya dari kaum muslimin, jikalau tidak, lalu bagaimana mungkin mereka mencela dan melaknatnya di atas mimbar-mimbar.”[7]

Dan Iapun berkata: “Dan itu semua kami katakan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menerima kekhilafahan Ali kecuali setelah jauh dari masa Ahmad bi Hanbal, benar bahwa Ahmad bin Hanbal adalah orang yang pertamakali mengatakan hal itu, akan tetapi ia tidak bisa meyakinkan Ahlul hadis, sebagaimana telah kami sebutkan, karena mereka banyak terpengaruh oleh Abdullah bin Umar.[8]

Ia (Tijani) menyangka bahwa Ahlus Sunnah tidak mengakui kekhalifahan Ali dan tidak memandang keabsahannya kecuali jauh setelah masa Ahmad bin Hanbal, demikian pula para sahabat bahkan di antara mereka ada yang mengkafirkan Ali, ini merupakan kedustaan dan kebohongan yang besar atas nama Ahlus Sunnah wa Jama’ah, karena kecintaan kepada Ali radhiyalaahu ‘anhu, dan loyalitas (Wala’) kita kepadanya, serta keyakinan keabsahan khilafahnya setelah tiga Khulafaur Rasyidin sebelumnya adalah merupakan hal yang disepakati di kalangan Ahlus Sunnah di sepanjang lintasan sejarah di manapun juga, dari masa para sahabat sampai hari ini. Permasalahan ini sangat terkenal yang diriwayatkan secara mutawatir di kalangan Ahlus Sunnah, baik di kalangan khusus ataupun ataupun di kalangan orang awam, dan bahkan termasuk ke dalam aqidah pokok yang harus diyakini oleh setiap muslim, tidak ada orang yang tidak mengetahuinya dari Ahlus Sunnah kecuali orang bodoh tidak mau belajar, atau orang yang terjerumus ke dalam kedustaan dan kebohongan.

Oleh sebab itu, dakwaan Tijani dalam masalah ini adalah merupakan bukti kuat atas kedustaan dan kebohongannya.

Dan di antara contoh kedustaan serta penipuan Tijani juga, apa ia sebutkan di dalam bukunya “Akhirnya kutemukan kebenaran”: “Di antara hadis-hadis yang mengikatku dan mendorongku ikut Imam Ali adalah hadis yang diriwayatkan dalam berbagai kitab shahih Ahlus Sunnah sendiri. Dalam madzhab Syi’ah mereka juga memiliki hadis-hadis serupa itu berlipat-ganda, namun saya—seperti biasa—tidak akan berhujah dan berpegang kecuali kepada hadis-hadis yang telah disepakati oleh kedua madzhab…[9]

Kemudian setelah itu ia menyebutkan beberapa hadis, di antaranya:

أنا مدينة العلم و علي بابها

Aku kota ilmu dan Ali gerbangnya.[10]

إن هذا أخي ووصي وخليفتي من بعدي فاسمعوا له وأطيعوا

“Sesungguhnya ini adalah saudaraku, washiku dan khalifahku setelahku. Maka dengarlah dan taatilah dia.[11]

Dan hadis:

من سره أن يحيا حياتي، ويموت مماتي، ويسكن جنة عدن غرسها ربي فليوال عليا من بعدي، وليوال وليه…

“Siapa yang ingin hidup seperti hidupku, mati seperti matiku, tinggal di Surga ‘Adn yang telah ditanam oleh Tuhanku maka jadikanlah Ali sebagai walinya sepeninggalku dan me-wila’ walinya…[12]

Ini semua dari penipuan dan kedustaannya, karena hadis-hadis tersebut di atas tidak disebutkan dalam kitab-kitab shahih yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah yang dijadikan pegangan oleh mereka, dan mereka pun tidak menghukumi keshahihannya, bahkan mereka menghukumi kebathilan dan kepalsuannya. Dan penjelasannya akan kami jelaskan dalam bantahan terhadap Tijani dalam masalah ini, hanyasannya saya sebutkan di sini untuk menunjukkan kebohongannya.

Dan di antara bentuk kebohongannya juga, apa yang ia sebutkan tentang penganiayaan tentara Madinah Munawwaroh kepada para jama’ah haji dengan pukulan, ia berkata: “Suatu hari aku berziarah ke Taman Baqi’. Aku berdiri di sana membaca Al Fatihah untuk arwah Ahlul Bait. Di dekatku ada seorang tua yang sedang menangis. Dari tangisannya aku tahu bahwa dia adalah seorang Syi’ah. Kemudian dia menghadap kiblat dan shalat. Tiba-tiba secepat kilat seorang polisi datang menghampirinya. Polisi ini telah memperhatikan gerak-gerik orang tua ini dari tadi. Ketika orang tua ini sujud, dia ditendang dengan keras sekali hingga jatuh tersungkur. Dia pingsan tak sadarkan diri beberapa saat. Kemudian si polisi ini memukulnya lagi dan mencaci maki dengan kata-kata yang keji. Hatiku tak terharu melihat nasib orang tua ini, khawatir ia akan mati karena derita yang kejam itu. Kukatakan pada polisi ini, wahai polan, haram bagimu memperlakukan orang tua seperti ini. Kenapa kau pukul dia padahal dia sedang shalat? Dia menggertakku sambil berkata, ‘Diam kau dan jangan ikut campur, biar tak kuperlakukan seperti itu…’.”[13]

Perkataan ini sangat jelas kebohongannya, dan orang yang pernah datang berhaji atau umrah atau setiap muslim yang pernah berkunjung ke negeri ini, jumlah mereka sangat banyak, bahkan setiap tahunnya bisa berjuta-juta orang, setiap orang menyaksikan dan merasakan keyamanan dan keamanannya, ketentraman jiwa dan raga yang telah diberikan oleh Pemerintah Sunni Saudi dari sarana dan fasilitas modern di berbagai bidang untuk memberikan layanan kepada para jama’ah haji dan pengunjung, kemudian pengawalan keamanan yang ramah dan baik, sehingga perjalanan haji dan umrah dirasakan sebagai perjalanan piknik karena ketentraman dan keamanan yang dirasakan oleh para jema’ah haji dan umrah. Ini semua tentu karena karunia Allah, kemudian servis yang diberikan oleh negeri tersebut.

Dan ini semua Alhamdulillah sangat nampak jelas bagi setiap orang yang mengikuti perkembangan, dan secara khusus disaksikan oleh jutaan jama’ah haji dan umrah yang datang setiap tahun ke negeri ini.

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta

 

Sumber:

Kasyf al-Jaani Muhammad at-Tijani fii Kutubih al-Arba’ah, karya Syekh Usman al-Khamis.

Buku Catatan Hitam Dr. Muhammad al-Tijani, penerjemah Ustadz Zezen Zainal Mursalin, Lc.

 

Lampiran Teks Asli Syekh Usman al-Khamis

1

 

2

3

 

4

 

[1] Lihat, Tsumma Ihtadaetu, hlm. 14. Sebagai catatan bahwa perkataannya ini tidak diterjemahkan oleh penterjemah buku tersebut.

[2] Lihat, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, hlm. 14.

[3] Lihat, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, hlm. 17.

[4] Lihat, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, hlm. 18.

[5] QS. An-Najm: 32.

[6] QS. An-Nisa’: 49-50.

[7] Lihat, Asy-Syi’ah Hum Ahlus Sunnah, hlm. 45.

[8] Ibid., 48-49.

[9] Lihat, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, hlm. 199-200.

[10] Ibid., hlm. 200.

[11] Ibid., hlm. 204.

[12] Ibid., hlm. 220.

[13] Ibid., hlm. 91-92.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}